Himmatul ‘Aliyah

1:11 PM | , ,


Berhubung udah ada yang nagih lanjutan ceritanya karena udah lebih dari 1 pekan maka dengan mengucap Bismillah dengan ini saya persembahkan lanjutan ceritanya. Selamat membaca :)

(bagian 2)

Abi baru saja pulang dari kantor lantas disambut dengan pelukan anaknya yang lucu dan menggemaskan siapa lagi kalau bukan si Alif. Entah kenapa kanak-kanak itu merasa sangat bahagia melihat kedatangan ayahnya yang baru pulang bekerja dari kantor. Padahal setiap hari pun ayahnya selalu menemaninya meskipun di luar hari sabtu dan ahad jam ngobrol Alif dan Abi hanya sekilas setelah sholat Isya sebelum Alif tidur maupun sebelum berangkat kantor. Hanya mungkin lima atau sepuluh menit. Tapi kali ini kanak-kanak itu begitu antusiasnya menyambut sang ayah.

“Abi, abi tadi Alif diajarin nggambar pegunungan sama bu guru. Bagus lho, coba deh lihat”, kata sang anak.
Kata-katanya meluncur bak serbuan pesawat jet Sukhoi dengan kecepatan tinggi. Tidak peduli sang ayah mungkin sedang capek baru pulang dari bekerja.

“Alif, nanti dulu ya ngobrolnya sama Abi. Kasihan Abi kan pasti capek baru pulang dari kantor. Abi makan dulu gih, udah umi siapkan hidangannya di meja”, kata Umi yang baru keluar dari dapur.

“Tapi kan Alif Cuma mau liatin gambar aja ke Abi masa nggak boleh”, protes Alif setengah merajuk.

Dalam hatinya mungkin berkata “Ih, Umi mengganggu kesenangan anaknya aja nih” atau “Umi cemburu ya mentang-mentang nggak dipeluk sama Abi”. Apapun yang ada di pikiran anak-anak kadang kita tidak tahu. Itulah lucunya dunia anak-anak meskipun semua orang dewasa pernah mengalami masa kanak-kanak. Namun tak jarang orang dewasa yang tak mampu memahami maksud jalan pikiran yang ada dalam benak kanak-kanak.
Sejenak setelah makan malam Abi merebahkan diri di sofa, sedangkan Umi menyimpan tas kerja Abi di tempat biasanya. Lalu Alif ?. Oh, Anda mungkin bisa menebak apa yang sedang dilakukan kanak-kanak usia empat tahun itu. Menghampiri Abinya lalu pura-pura memijit kakinya. Tidak terlalu keras memang. Tapi lumayanlah untuk tenaga seorang anak kecil.

“Abi capek ya?”, tanya Alif sambil tangannya memijit-mijit kaki ayahnya (meski sebenernya lebih mirip remasan daripada pijitan).

“Udah nggak capek lagi, wah anak Abi pintar mijit ya”, puji Abi agak bohong dikit buat nyenengin si buah hati.

“Bi, dulu waktu masih kecil cita-cita Abi apa sih?”, tanya Alif.

“Hemm, apa ya?, Abi mau jadi guru”, jawab Abi singkat.

“Kok, sekarang Abi nggak jadi guru?”, tanya Alif penuh selidik.

“Lho, sekarang bukannya Abi udah jadi guru ya?. Guru pribadinya Alif”, jawab Abi mencoba berkilah.

“Bi, apa pentingnya sih cita-cita itu?”, ucap Alif dengan sorot mata penuh kesungguhan.

“Dengarkan nak, Abi mau ceritakan kisah perang Khandak tatkala Rosulullah SAW beserta para sahabatnya dikepung oleh kaum musyrikin Quraisy. Kota Madinah dalam kondisi mencekam dan bahan makanan sangat sedikit. Kemudian salah seorang sahabat Nabi yang bernama Salman Al-Farisi berpendapat untuk menggali sebuah parit untuk bertahan dari serangan musuh. Lalu terjadilah sebuah keajaiban tatkala salah seorang sahabat mengeluh tidak bisa menggali tanah karena bebatuan cadas yang keras. Kemudian Rosulullah SAW mengambil alih cangkulnya. Dengan tiga ayunan cangkul maka bebatuan cadas itu bisa dihancurkan. Lalu bersabdalah Rosulullah SAW kepada para sahabatnya ketika kupukulkan cangkul untuk pertama kali maka diperlihatkan kepadaku istana Kisra Persia, pukulan kedua diperlihatkan kepadaku istana Romawi dan di pukulan ketiga diperlihatkan kepadaku desa-desa di negeri Habasyah.”, kata Abi kemudian terdiam sejenak.

“Wahai anakku, kau tahu apa maksud Abi tadi?”, tanya Abi. Sementara itu Alif hanya menggeleng-gelengkan kepalanya tanda tidak mengerti.

“Himmatul ‘Aliyah  atau cita-cita yang tinggi itu sangat dianjurkan dalam Islam. Seperti kisah tadi, meskipun kaum muslimin dalam keadaan sangat terdesak dan kecil kemungkinannya untuk menang. Namun karena diberikan motivasi cita-cita yang tinggi bahwa mereka akan mampu menguasai Persia dan Romawi yang saat itu keduanya adalah kerajaan terbesar di zamannya akhirnya mereka dapat memukul mundur pasukan musuh atas pertolongan Allah SWT. Nah, sekarang Alif juga harus memikirkan apa cita-cita Alif yang tertinggi.”, jelas Abi dengan penuh semangat bak seorang motivator kelas dunia (meskipun hanya sebatas dunia anak-anak).

“Jadi apa donk cita-cita tertingginya?”, tanya Alif masih sedikit bingung.

“Cita-cita tertinggi seorang muslim adalah meninggal dunia menghadap Tuhannya dalam keadaan husnul khotimah wal mautu fii sabilillah. Artinya mengakhirkan kehidupannya dengan akhir yang penuh kebaikan dan kematiannya berada pada jalan yang diridhoi oleh Allah”, terang Abi.
Alif hanya mengangguk-angguk kecil mendengar jawaban Abinya yang entah apa maksudnya ia sendiri masih belum mengerti apa itu husnul khotimah apa itu fii sabilillah. Tapi Alif kan anak yang baik dan sebagai anak yang baik itu menurut pada nasehat orang tuanya. Mungkin sekarang belum mengerti tapi beberapa tahun ke depan ia juga akan mengerti.
Alif sebenarnya ingin bertanya lagi tapi kepalanya sudah penuh dengan kata-kata yang membuatnya bingung jadi ia urungkan niatnya. Nampaknya Abi pun mengerti raut wajah anaknya itu dan berniat mengakhiri perbincangan hangat di antara mereka.

“Nak, apapun yang menjadi cita-citamu kerjakanlah dengan sungguh-sungguh. Kau boleh menjadi apa saja yang kau mau. Tapi ingat, jangan lupakan Allah. Terus berdoa kepada Allah agar apa yang kau cita-citakan terkabul”, kata Abi.

(Begitulah potret keluarga islami yang seharusnya. Dewasa ini banyak orang tua yang suka memaksakan kehendaknya kepada anak-anaknya. Diikutkan les sana-sini mulai dari matematika, bahasa inggris, musik dan les-les lainnya. Namun mereka seakan lupa untuk mengingatkan bahwa cita-cita terbesar seorang muslim adalah menghadap Tuhannya dan dimasukan ke dalam surga-Nya. Untungnya masih ada keluarga-keluarga semisal keluarga Abi Alif ini. Semoga potret keluarga ini bisa dicontoh oleh banyak keluarga muslim lainnya termasuk juga penulis sendiri. Aamiin )

***
Sebuah cerita sangat pendek ini saya tujukan kepada saudara-saudaraku sekalian khususnya bagi yang sudah mendapatkan buah hati, bagi yang sedang menantikan putra-putri, bagi yang hendak melangsungkan ikatan suci, pun juga bagi yang masih menantikan Teman Hidup yang dirahasiakan Illahi.

Semoga Bermanfaat :)


# bang ditunggu bukunya ^_^
+ Kalo mau liat versi lengkap bisa buka link ini

Read More

Beasiswa Prestasi Orange Tulip untuk Mahasiswa Indonesia ke Belanda

9:27 AM | , , , ,


Orange Tulip Scholarship adalah program beasiswa bagi warga negara Indonesia. Institusi pendidikan tinggi Belanda, perusahaan Belanda dan pemerintah Indonesia, bergabung sebagai sponsor untuk membuka lebih banyak kesempatan studi di Belanda. Informasi tentang OTS 2014-2015 akan tersedia bulan November 2013.
Persyaratan Umum
Yang bisa mendaftar ke program beasiswa OTS adalah:
  • Warga Negara Indonesia;
  • Memiliki ijazah terakhir dari institusi pendidikan non Belanda;
  • Tidak sedang menempuh studi atau bekerja di Belanda;
  • Tidak pernah menempuh studi atau bekerja di Belanda;
  • Dapat berbahasa Inggris lisan dan tulisan dengan fasih (skor IELTS min. 6.0 atau Internet-based TOEFL min. 80). Mohon diperhatikan bahwa beberapa program studi yang ikut dalam Orange Tulip Scholarship mensyaratkan skor bahasa Inggris yang lebih tinggi.
  • Saat ini sedang menjalani proses pendaftaran atau sudah diterima di salah satu universitas di Belanda peserta OTS;
  • Memenuhi syarat-syarat khusus yang dibutuhkan oleh program studi peserta program Orange Tulip Scholarship.
Dokumen-dokumen Pendaftaran
Kandidat harus mengirimkan dokumen-dokumen berikut ini ke ots@nesoindonesia.or.id(total attachment maks. 2MB) DAN ke kantor Neso Indonesia (Menara Jamsostek Lt. 20, Jl. Gatot Subroto 38 Jakarta 12710):
  1. Formulir pendaftaran OTS yang telah diisi lengkap
  2. CV terbaru (dalam bahasa Inggris)
  3. Motivation letter (dalam bahasa Inggris)
  4. Bukti sedang dalam proses pendaftaran ke institusi yang berpartisipasi (salah satu):
    • Letter of Acceptance (conditional atau unconditional)
    • E-mail dari universitas yang menyatakan telah menerima pendaftaran Anda
    • Konfirmasi telah mengisi formulir pendaftaran online di website universitas
  5. Ijazah pendidikan terakhir (dalam bahasa Inggris dan telah dilegalisir)
  6. Transkrip/rapor pendidikan terakhir (dalam bahasa Inggris dan telah dilegalisir)
  7. Scan/fotokopi skor bahasa Inggris (TOEFL iBT atau IELTS)
  8. Scan/fotokopi skor GMAT/GRE (hanya untuk program studi yang membutuhkan)
Batas waktu penerimaan berkas pendaftaran adalah 1 April 2014.
PENTING:
Ini adalah checklist umum. Setiap skema/program studi memiliki persyaratan masing-masing. Harap membaca penjelasan di tiap skema.
Proses seleksi dapat dibagai menjadi tahapan-tahapan berikut.
Tahap 1
Penerimaan berkas dan pra-seleksi oleh Neso Indonesia
Berdasarkan persyaratan umum yang tertera di halaman depan dan persyaratan khusus yang ditetapkan oleh sponsor Orange Tulip Scholarship, Neso Indonesia akan melakukan pra-seleksi. Hanya berkas yang lengkap dan memenuhi semua persyaratan yang akan diteruskan ke universitas atau perusahaan atau Kementerian untuk diproses lebih lanjut.
Tahap 2
Review berkas pendaftaran dan seleksi oleh sponsor Orange Tulip Scholarship
Masing-masing sponsor Orange Tulip Scholarship (universitas, perusahaan, Kementerian) akan menyeleksi berkas pendaftaran yang lolos tahapan pra-seleksi. Tahap ini dilakukan secara internal oleh pihak sponsor.
Tahap 3
Pengumuman penerima beasiswa
Tiap sponsor Orange Tulip Scholarship akan menginformasikan hasil seleksi kepada Neso Indonesia. Neso Indonesia lalu akan mengirimkan Offer Letter kepada kandidat yang lolos seleksi sponsor. Apabila kandidat menerima tawaran beasiswa, maka Offer Letter harus ditanda tangani dan dikembalikan ke Neso Indonesia. Offer Letter yang telah ditanda tangani kandidat akan dikirimkan oleh Neso Indonesia kepada pihak sponsor. Langkah selanjutnya (contoh: perjanjian beasiswa, tuition fee invoice, dll) akan dilakukan antara pihak sponsor langsung dengan penerima beasiswa.
Kandidat cadangan (waiting list) dan kandidat yang tidak lolos seleksi sponsor (unsucessful candidate) akan menerima e-mail notifikasi dari Neso Indonesia.
Apakah saya bisa mendaftar beasiswa Orange Tulip Scholarship?
Jika Anda warga negara Indonesia, jika Anda berniat menempuh studi di Belanda pada jenjang Bachelor atau Master, jika Anda sudah diterima di perguruan tinggi Belanda atau sedang dalam proses pendaftaran, jika Anda tidak sedang / tidak pernah studi atau bekerja di Belanda, maka Anda bisa mendaftar beasiswa ini.
Harap cek persyaratan umum Orange Tulip Scholarship dan cek persyaratan khusus yang diminta oleh sponsor di masing-masing skema.
Apabila universitas dan/atau program studi yang saya tuju tidak ada dalam daftar sponsor/skema, apakah saya bisa mendaftar Orange Tulip Scholarship?
Sayang sekali tidak, Orange Tulip Scholarship hanya berlaku atas program-program studi di universitas yang tertera di halaman ini.
Kapan batas waktu/deadline pendaftaran Orange Tulip Scholarship untuk tahun akademis 2014-2015?
Deadline umum pendaftaran dan penyerahan berkas Orange Tulip Scholarship adalah 1 April 2014. Untuk beberapa skema, batas waktunya mungkin sebelum atau sesudah deadline umum OTS. Harap membaca keterangan deadline di halaman tiap skema.
Dalam bentuk apa berkas pendaftaran harus saya kirimkan? Kemana mengirimnya?
Berkas pendaftaran Orange Tulip Scholarship perlu dikirimkan dalam bentuk softcopy DAN hardcopy.
Berkas softcopy:
  • dalam bentuk Word atau PDF
  • tiap file diberi nama jelas dalam bahasa Inggris: [document name] – [applicant's name]. Contoh: IELTS score sheet – Nyimas Fitriani
  • total seluruh attachment maksimal 2MB
  • dikirimkan melalui e-mail ke ots@nesoindonesia.or.id dengan subyek e-mail: OTS 2014-2015 Application – [skema] – [nama Anda]. Contoh: OTS 2014-2015 Application – Duisenberg school of finance – Nyimas Fitriani
Berkas hardcopy:
  • seluruh dokumen dimasukkan ke dalam map plastik bening sebelum dimasukkan ke dalam amplop coklat
  • dikirimkan ke alamat kantor Neso Indonesia di: Menara Jamsostek lt. 20, Jl. Gatot Subroto 38, Jakarta 12710
Harap diperhatikan bahwa Anda sendiri tetap harus mengurus proses pendaftaran ke salah satu program studi di perguruan tinggi Belanda.
Bisakah saya memulai proses pendaftaran Orange Tulip Scholarship jika saya belum diterima di perguruan tinggi Belanda?
Ya, Anda bisa memulai pendaftaran OTS sekarang. Namun penting diingat bahwa Anda wajib menyerahkan surat penerimaan (Letter of Acceptance) dari universitas sebelum deadline OTS (umumnya 1 April 2014).
Saya sudah memiliki Conditional Letter of Acceptance dari perguruan tinggi Belanda. Bisakah saya mendaftar Orange Tulip Scholarship?
Ya, jika conditional LoA Anda adalah dari program studi di universitas peserta OTS.
Bagaimana saya tahu apakah saya berhasil atau gagal mendapatkan Orange Tulip Scholarship?
Setelah Neso Indonesia menerima informasi hasil seleksi OTS dari pihak sponsor (universitas/perusahaan/Kementerian), Neso Indonesia akan mengirimkan e-mail kepada Anda.
Jika Anda berhasil mendapatkan beasiswa, melalui e-mail tersebut juga akan dikirimkan Offer Letter (kop surat Neso) yang menginformasikan universitas/perusahaan/Kementerian pemberi beasiswa, jenis beasiswa dan besar beasiswa. Jika Anda menerima tawaran ini, Anda harus menandatangani Offer Letter dan mengembalikannya ke Neso Indonesia (softcopy bentuk PDF). Jika Anda menolak tawaran ini, Anda harus mengirimkan e-mail balasan yang menyatakan Anda menolak.
Jika Anda ada dalam daftar tunggu (waiting list), Neso Indonesia akan mengirimkan e-mail yang menyatakan Anda ada dalam waiting list.
Jika Anda gagal mendapatkan beasiswa, Neso Indonesia akan mengirimkan e-mail yang menyatakan Anda gagal. Tidak ada surat pernyataan dari sponsor yang akan dikirimkan.
Saya memiliki pertanyaan tentang Orange Tulip Scholarship yang belum terjawab. Kemana saya bisa bertanya?
Jika Anda masih memiliki pertanyaan, harap menghubungi
t. (021) 5290-2172
e. ots@nesoindonesia.or.id
atau Anda bisa juga datang ke kantor Neso Indonesia di
Menara Jamsostek lt. 20
Jl. Gatot Subroto 38
Jakarta 12710
For more information, please visit official website: www.nesoindonesia.or.id.
(http://scholarshipsbank.com)
Read More

Adelaide Scholarships International (ASI), University of Adelaide, Australia

9:21 AM | , , ,


Adelaide Scholarships International are available in the four scholarship rounds to outstanding international applicants from any country who have a First Class Honours result or equivalent, to support their study towards a Higher Degree by Research. Awards are available in all Discipline areas.
The selection and ranking of applicants within the University of Adelaide is undertaken by the Graduate Scholarships Committee, using the criteria of academic merit and research potential.
The ASI provides
  • Course tuition fees for two years for a Masters degree by Research and three years for a Doctoral research degree (an extension is possible for doctoral programs only),
  • An annual living allowance ($25,392 in 2014) for two years for a Masters degree by Research and three years for a Doctoral research degree (an extension is possible for doctoral programs only), and
  • If the award holder holds a subclass 574 visa the award covers the cost of compulsory standard Overseas Student Health Cover (OSHC) Worldcare policy for the student and their spouse and dependents (if any) for the period of the scholarship. If the award holder does not hold a subclass 574 visa then he/she is responsible for the cost of health insurance.
Note. The scholarship does NOT cover visa application fees.
Conditions and Eligibility Criteria
  • In order to be eligible applicants are required to have successfully completed at least the equivalent of an Australian First Class Honours degree (this is a four year degree with a major research project in the final year). All qualifying programs of study must be successfully completed.
  • Scholarships will be awarded on academic merit and research potential. Extra-curricular achievements are not considered.
  • International applicants must not hold a research qualification regarded by the University of Adelaide to be equivalent to an Australian Research Doctorate degree or, if undertaking a Research Masters degree, not hold a research qualification regarded by the University of Adelaide to be equivalent to or higher than an Australian Research Masters degree.
  • International applicants who have not provided evidence of their meeting the minimum English language proficiency requirements for direct entry by the scholarship closing date, or who have completed a Pre-Enrolment English Program to meet the entry requirements for the intended program of study, are not eligible.
  • Citizens and Permanent Residents of Australia, and citizens of New Zealand are ineligible.
  • Those undertaking research via remote candidature are ineligible.
  • Candidates are required to enrol in the University of Adelaide as ‘international students’ and must maintain ‘international student’ status for the duration of their enrolment in the University.
  • Candidates who have applied for Australian permanent resident status can apply for ASI scholarships.
  • International applicants are not eligible if they have already commenced the degree for which they are seeking an award, unless they can establish that they were unable to apply in the previous round.
  • Scholarships holders must commence study at the University of Adelaide in the semester the scholarship is offered.
  • Applicants who applied and were eligible for consideration in an international scholarship round, and were unsuccessful, will automatically be reconsidered in the following international scholarship round, assuming they hold a valid offer of candidature for that intake. An applicant who has been considered in 2 rounds cannot be reconsidered in any future scholarship rounds.
  • The offer of a scholarship is contingent upon a student not being offered another award by the Commonwealth of Australia, the University of Adelaide, or an overseas sponsor. The University reserves the right to withdraw an offer of a scholarship at any time prior to enrolment if it is advised that an awardee has been offered a scholarship equal to or in excess of the financial value of the award offered by the University.
Generally applicants who succeed in winning an ASI scholarship have completed a Masters degree including a significant research component and have several publications and relevant work and research experience.
Admission and Scholarship Applications
Round 1
Last Day to Apply: 31 August 2013
Last Day to Enrol**: 30 June 2014
Round 2
Last Day to Apply: 30 November 2013
Last Day to Enrol**: 30 June 2014
Round 3
Last Day to Apply: 28 February 2014
Last Day to Enrol**: 31 October 2014
Round 4
Last Day to Apply: 31 May 2014
Last Day to Enrol**: 30 November 2014
** All scholarships must be taken up in the year in which they are offered.
Application
To apply please submit a formal application for Admission and a Scholarship via our online application system. There is no application fee.
Note. The University of Adelaide is unable to provide an assessment of eligibility for candidature and/or a scholarship until a formal application is submitted and assessed. We strongly recommend that all applicants submit their application and all required documents well before the closing date.
Note. Late and incomplete applications at the scholarship application deadline will not be considered for a scholarship.

(http://scholarshipsbank.com)
Read More

Dia Berhak Mengenal Tuhannya

10:15 AM | , ,

(image from : http://darussalam-online.com)

(bagian 1)

Di pagi yang cerah di kala burung asyik bermain di atas ranting-ranting pohon kecil. Beterbangan kesana kemari riang gembira bak cerita dalam lagu anak-anak zaman dahulu kala. Mungkin duduk-duduk di bangku serambi depan adalah salah satu kebiasaan keluarga ini. Sang ayah membaca koran dan sang ibu membuatkan minuman teh hangat beserta cemilan pisang goreng hangatnya. Hemmm nikmaaatt... Lalu sang anak?. Jangan ditanya lagi sang anak sedang hobi sekali mengerjai Abi-nya merengek manja minta disuapi secomot pisang goreng yang aduhai nikmatnya itu. Nakal memang kanak-kanak usia empat tahun itu. Tapi jangan salah Abi-nya juga tidak kalah 'nakal' padanya. Alih-alih menyuapkan pisang goreng buatan Ummi yang terkenal kelezatannya itu, eh malah diembatnya sendiri pisang goreng itu oleh si Abi. 
"Ih, Abi... itu kan punya Alif Bii.", wajahnya cemberut sebal dengan mimik yang lucu menggemaskan.
"Kata siapa?, itu jatah Alif masih di piring masih ada", timpal sang ayah tidak mau mengalah.
"Tapi kan, Alif mau disuapin sama Abi!", teriaknya dengan mimik wajah yang membingungkan antara mendengus sebal atau mau mencari simpati.
"Ya sudah, Abi suapin tapi jawab pertanyaan Abi ya", kata Abi tegas (kalau saya boleh berkomentar raut wajahnya mirip dengan pemandu acara kuis di stasiun teve itu yang seolah-olah mengisyaratkan Anda Benar Saya Bayar,Hahaha).
"Oke, Abi apa pertanyaannya?", si anak bersemangat (karena iming-iming pisang goreng tentunya).
"Siapakah Tuhan kita?", tanya Abi serius tapi santai.
"Alif nggak tahu Bi", si anak mengernyitkan keningnya seraya garuk-garuk kepalanya yang cuma ditumbuhi rambut tipis itu (Abi-nya rajin memotong rambutnya tiap dua bulan).
"Kok, nggak tahu. Orang Islam harus tahu siapa Tuhannya", jawab Abi ringkas.
"Tapi Alif memang belum dikasih tahu Bi, lagian dia kan masih balita belum baligh", kali ini Umi ikut nimbrung belain anaknya.
"Umi, meskipun dia belum baligh tapi apakah ada jaminan bahwa kita sebagai orang tuanya diberikan kesempatan hidup hingga ia usia baligh?", jawab Abi bak seorang ustadz kondang hendak memberi sentuhan rohani.
"Dia adalah amanah yang harus kita jaga. Bukankah Allah Azza Wajala telah mengambil kesaksian seraya berfirman kepada setiap anak cucu Adam sebelum ia dilahirkan. 'Bukankah AKU ini TUHANMU?', lalu mereka menjawab 'Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi'. Maka semenjak saat itu tidak ada satupun alasan bagi manusia untuk tidak mengenal Tuhannya. Manusia dilahirkan sudah memiliki fitrah mengenal adanya Tuhan yang berkuasa atas dirinya dan alam di sekitarnya. Hanya saja ketika ia lahir ke dunia ia seakan lupa bagaimana menyembah Tuhannya. Tugas orang tuanyalah yang mengajarkannya. Setiap manusia berhak mengenal Tuhannya, begitu juga anak kita", sambung Abi dengan suara yang mantap.
Demi melihat semburat kebingungan di mata anaknya yang seakan-akan bertanya "Abi,Umi kalian ngeributin apa sich?" maka perlahan-lahan Abi mulai menerangkan kepada Alif sang buah hatinya tentang siapa itu Allah, mengapa kita harus menyembah-Nya, apa yang Allah janjikan kepada hamba-hamba-Nya yang bertakwa dan apa yang Allah berikan kepada orang-orang yang durhaka kepadaNya.
Si Alif kecil pun hanya manggut-manggut tanda mengerti atau bahkan sebaliknya bingung dengan pengetahuan-pengetahuan yang baru didapatnya. Masih banyak pertanyaan yang seolah seperti serangan balik dari pertanyaan ayahnya.
"Lantas dimana Alif bisa melihat Allah Bi?", tanya alif polos.
Tuh kan belum apa-apa sudah menanyakan pertanyaan yang mungkin sulit dijawab oleh para orang tua yang tidak mendalami agama. Awalnya dijawab Allah di langit. Lalu ditanya di langit yang mana dijawab langit ketujuh paling atas sekali. Di Bintang ya?, bukan tapi Allah-lah yang menciptakan bintang. Lalu dimana?. Dan karena saking frustasinya dan kedangkalan ilmunya kemudian dijawab Allah ada dimana-mana nak, di langit di bumi di hatimu. Dan hancurlah sudah akidah anak sedari kecil.
Namun sang ayah punya jawaban yang hebat untuk pertanyaan kritis anaknya yang masih polos itu.
"Allah ada di Arsy, singgasana Allah berada di langit ketujuh. Tapi Allah bisa tahu segala sesuatu yang terjadi di bumi ini baik yang terlihat maupun yang tersembunyi. Karena Allah Maha Melihat dan Maha Mendengar. Allah lebih dekat dari urat nadi kita bahkan sangat dekat dengan leher kita. Allah Maha Besar tidak ada sesuatupun yang menandingi kuasa-Nya. Ia jauh namun dekat bagi hamba-Nya yang ingin mendekat namun Ia seakan tak terlihat bagi orang yang menjauh dari-Nya padahal kasih sayang Allah selalu Ia curahkan kepada seluruh alam semesta ini dan segala isinya. Ibarat kau melihat rembulan di malam hari maka seolah kau menganggap bulan akan selalu mengikuti kemana langkahmu namun sejatinya ia tetap di atas sana. Begitulah ilmu Allah melingkupi semua isi langit dan bumi. Namun jangan khawatir nak, suatu saat kamu insya Allah akan bisa melihat wajah-Nya.", jelas Abi.
"Kapan itu Bi?", Alif menyela tanda rasa penasarannya memuncak.
"Ketika kita sudah berada di surga. Allah menjanjikan kepada hambaNya yang beriman untuk bisa melihat wajahNya di surga. Dan itulah kenikmatan yang tidak pernah bisa dibayangkan sebelumnya. Bahkan mengalahkan kenikmatan hidup dan tinggal di surga Allah yang indah itu",jawab Abi.
 "Alif ingin ke surga Bi!, Alif ingin melihat Allah!",ucap Alif riang.
"Iya, nak kita sama-sama berdoa agar kita diselamatkan oleh Allah dari adzab neraka dan dimasukan ke surgaNya kelak", balas Abi.
"Aamiin...", ucap Alif, Abi dan Umi (yang dari tadi sedikit dikasih kesempatan ngomong) kompak.

ALLAHHU AKBAR, ALLAHU AKBAR!... Tak disangka adzan sholat dzuhur pun berkumandang (padahal di jam si penulis baru menunjukan pukul 9.56 pagi) tanda keluarga ini harus memenuhi panggilan kepada Rabbnya. Dengan balutan keimanan dan akhlak mulia menjejakan langkah kaki ke masjid (yang entah kenapa membuat iri sang penulis) bermunajat bersama-sama kepada Sang Khaliq.

***
Sebuah cerita sangat pendek ini saya tujukan kepada saudara-saudaraku sekalian khususnya bagi yang sudah mendapatkan buah hati, bagi yang sedang menantikan putra-putri, bagi yang hendak melangsungkan ikatan suci, pun juga bagi yang masih menantikan Teman Hidup yang dirahasiakan Illahi.

Semoga Bermanfaat :)


# lho bagian 2 nya kapan bang?
+ Nanti nunggu mood-nya datang, sabar ya :)
Read More